Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi dan bekerja sama bagi mahasiswa
adalah mutlak dilakukan, karena hal ini akan melatih berkembangnya kecerdasan
emosional mahasiswa. Menurut Book (dalam Cangara, 2002) kemampuan komunikasi
adalah proses simbolik yang menghendaki individu agar dapat mengatur lingkungan
dalam hubungan sosialnya melalui pertukaran informasi untuk mengubah sikap dan
tingkah laku orang lain. Sedangkan kerja sama adalah kegiatan yang di lakukan
bersama-sama dengan tujuan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat
(Tim Guru Eduka, 2010).
Mampu
berkominukasi dan bekerjasama adalah tiket sebuah kesuksesan jangka panjang
anda sebagai mahasiswa. Setiap orang yang berada dalam suatu lingkungan akan
saling berkomunikasi dan bekerjasama untuk mencapai sebuah tujuan bersama.
Dalam belajar di kampus mahasiswa tidak mungkin sendiri, selalu ada orang lain
yang anda butuhkan untuk meningkatkan kemampuan anda. Sebuah kerjasama yang
baik akan terwujud jika setiap anda mampu berkomunikasi secara efektif dalam
lingkungannya.
Bentuk
komunikasi dan kerjasama yang paling membantu perkembangan mahasiswa adalah
kerjasama dan komunikasi dengan teman satu kelas. Teman satu kelas ibarat
sebuah keluarga yang duduk dalam satu rumah, yang harus aling memotivasi dan
mengingatkan, sehingga terbentuk suasana kelas yang menyenangkan. Tidak boleh
ada mahasiswa egois yang merasa paling pintar di antara yang lain, saling
bermusuhan dan saling menjatuhkan. Pahamilah masing-masing teman anda,
jadikanlah mereka sebagai patner dalam kemajuan anda kedepan.
Beberapa
kali saya menyaksikan beberapa mahasiswa yang saya pikir tidak menunjukkan
sebuah kerjasama dan komunikasi yang baik di kelas. Ketika ada temannya
presentasi di depan kelas, audiens malah tidak memperhatikan, mereka terkesan
tidak peduli. Meskipun tidak anda pungkiri bahwa terkadang ada teman anda yang
memang tidak menarik ketika presentasi, namun jangan itu dijadikan alasan untuk
tidak menghargai teman anda. Asal anda tahu untuk mempersiapkan presentasi
tersebut mungkin dia sudah berusaha keras selama berhari hari untuk belajar.
Kasus
lain juga sering saya lihat dimana ada mahasiswa yang selalu mendominasi kelas,
seakan-akan ia tidak mau memberikan kesempatan yang lain untuk berbicara.
Bahkan yang paling membuat saya heran ada juga mahasiswa yang berani
menjatuhkan temannya sendiri di mata dosen hanya untuk mendapatkan nilai yang
baik.
Sebuah
perilaku-perilaku yang seharusnya tidak ditunjukkan oleh mahasiswa yang ingin
membangun kesuksesan di masa yang akan datang. Berikut adalah upaya-upaya yang
bisa dilakukan bagaimana cara membangun komunikasi dan kerja yang saling
menguntungkan:
Berfikir
positif terhadap diri sendiri dan orang lain
Berfikir
positif akan membawa anda pada sebuah penilaian yang baik kepada diri sendiri
dan orang lain. Karena sebelum menilai orang lain, maka anda akan lebih dulu
mengintrospeksi diri apakah anda sudah lebih baik dari orang lain. Seseorang
yang mempunyai pikiran yang positif tidak akan menebak-nebak sesuatu hal yang
akan terjadi pada diri sendiri dan orang lain. Pikiran positif juga akan
memudahkan seseorang untuk lebih mempercayai orang lain. Jadi dasar sebuah
kepercayaan harus dilandasi dengan pikiran yang positif.
Membangun
sikap saling percaya
Membangun
sikap yang percaya tidaklah sulit namun juga tidak mudah. Bagi seseorang yang
pernah di khianati atau dibohongi mungkin akan sulit untuk kembali percaya.
Tapi percayalah sikap yang seperti itu tidak akan pernah membawa kedamain dalam
diri dan kebaikan untuk bersama. Jika mengingkan sebuah kerjasama dan
komunikasi yang efektif alangkah lebih baik, jika kta berusaha memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk membuktika bahwa ia sudah benar-benar
menyadari kesalahannya
Tidak
merendahkan orang lain
Menganggap
diri sendiri paling hebat adalah perbuatan yang akan mengantarkan seseorang
pada kesombongan. Hatinya akan sulit untuk menerima keberadaan orang lain,
terlebih jika orang lain tersebut masih di bawahnya. Wujud merendahkan orang
lain di perkuliahaan contohnya tidak memperhatikan orang lain dalam diskusi,
pilih-pilih dalam bergaul, tidak pernah mau menghargai pendapat orang lain dsb.
Jika perilaku seperti ini tetap di pelihara, maka mustahil sebuah kerjasama
akan terbentuk. Yang ada semua orang akan individualis, yang lebih mementingkan
diri sendiri dan rasa kepedulian akan berkurang.
1. Pengertian
komunikasi dan arti penting komunikasi
Kata atau
istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan
perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki
makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki
tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi, Komunikasi adalah suatu
proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
Komunikasi
secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam
komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan
Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human
communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and
societies—respond to and create messages
to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah
proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok,
organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi
dengan lingkungan satu sama lain.
Untuk
memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara
efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa
cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect?
Komunikasi
bukan cuma terkait dengan bagaimana cara menggunakan bahasa tapi sangat terkait
juga dalam menyampaikan pesan dalam bentuk yang lainnya seperti tatapan mata,
gesture tubuh, serta mungkin intonasi.
Memang
secara praktikal seperti itu, namun ada satu lagi yang sangat mempengaruhi
maksud penyampaian dan penerimaan pesan yaitu terkait dengan ego, sinisme,
sentimen dan berbagai perasaan terhadap lawan bicara. Di saat-saat tertentu,
ketika sedang berkomunikasi dengan seseorang yang sedang dibumbui dengan
perasaan seperti di atas, maksud apapun yang kita jelaskan terkadang tak akan
sampai ke dia. Ya, saat emosi negatif di atas logika, fikiran jernih selalu
dikesampingkan terlebih dahulu.
Komunikasi
itu penting, semua orang tahu, karena ini merupakan basic instinct dari setiap
makhluk hidup. Setiap makhluk punya cara komunikasi masing-masing, setiap
manusia pun tak lepas dari cara dia melakukan komunikasi. Kita tak bisa
membeda-bedakan bahasa, suku, adat, kebiasaan, tradisi maupun agama karena pada
dasarnya berkomunikasi, menyampaikan pesan itu asal dilakukan dengan baik dan
benar, serta dalam keadaan saling terbuka, fikiran jernih tanpa sentimen dan
perasaan negatif, pasti maksud yang ingin disampaikan dapat diterima.
2. Jenis
dan Proses Komunikasi
a.
Jenis komunikasi
Didalam organisasi sangat membutuhkan
komunikasi. Adapun jenis- jenis komunikasi dalam organisasai antara lain :
v
Komunikasi formal vs informal
Komunikasi formal adalah komunikasi
yang mengikuti rantai komando yang dicapai oleh hirarki wewenang. Komunikasi
informal adalah komunikasi yang terjadi diluar dan tidak tergantung pada
herarki wewenang. Komunikasi informal ini timbul karena adanya berbagai maksud,
yaitu
- Pemuasan kebutuhan manusiawi,
- Perlawanan terhadap pengaruh yang
monoton dan membosankan,
- Keinginan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain,
- Sumber informasi hubungan pekerjaan.
Jenis lain dari komunikasi informasi
adalah adalah dasas-desusyang secara resmi tidak setuju. Desas-desus ini juga
mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi.
v
Komunikasi
ke bawah vs komunikasi ke atas vs
komunikasi lateral
Komunikasi kebawah mengalir dari
peringkat atas ke bawah dalam herarki. Komunikasi ke atas adalah berita yang
mengalir darin peringkat bawah ke atas atas suatu organisasi. Komunikasi
lateral adalah sejajar antara mereka yang berada tingkat satu wewenang.
v
Komunikasi satu arah dan dua arah
Komunikasi satu arah, pengirim berita
berkomunikasi tanpa meminta umpan balik, sedangkan komunikasi dua arah adalah
penerima dapat dan memberi umpan balik.
Bagaimanapun juga keefektifan
komunikasi organisasi dipengaruhi beberapa factor diantaranya :
·
Saluran
komunikasi formal
·
Sruktur
wewenang
Dalam organisasi dimana perbedaan
stasus dan kekuasaan akan mempengaruhi isi komunikasi.
·
Spesialis
jabatan
Anggota organisasi yang sama akan
menggunakan istilah-istilah, tujuan, tugas, waktu, dan gaya yang sama dalam
berkomonikasi.
·
Pemilikan informasi
Berarti individu memunyai informasi
dan pengetahuan yang khas mengenai tugasnya.
Dari pengamatan yang ada,
bentuk-bentuk jaringan komunikasi dikelompokan ke dalam beberapa bentuk
diantaranya bentuk lingkaran, diagonal, lateral, rantai, huruf Y, dan bintang.
b.
Proses komunikasi
Contoh model komunikasi yang sederhana
digambarkan dibawah ini :
Jika salah satu elemen komunikasi tidak ada maka komunikasi tidak akan
berjalan. Ada komponen-komponen dalam komunikasi antara lain :
Pengirim(Sender=Sumber) adalah seseorang yang mempunyai
kebutuhan atau informasi serta mempunyai kepentinga mengkomunikasikan kepada
orang lain.
Pengkodean
(Encoding) adalah
pengirim mengkodean informasi yang akan disampaikan ke dalam symbol atau
isyarat.
Pesan
(Massage), pesan
dapat dalam segala bentuk biasanya dapat dirasakan atau dimengerti satu atau
lebih dari indra penerima.
Saluran (Chanel) adalah cara mentrasmisikan pesan,
misal kertas untuk surat, udara untuk kata-kata yang diucapkan.
Penerima
(Recaiver) adalah
orang yang menafsirkan pesan penerima, jika pesan tidak disampaikan kepada
penerima maka komunikasi tidak akan terjadi.
Penafsiran
kode (Decoding)
adalah proses dimana penerima menafsirkan pesan dan menterjemahkan menjadi
informasi yang berarti baginya. Jika semakin tepat penafsiran penerima terhadap
pesan yang dimaksudkan oleh penerima, Maka semakin efektif komunikasi yang
terjadi.
Umpan balik (Feedback)
adalah pembalikan dari proses komunikasi dimana reaksi kominikasi pengirim
dinyatakan.
3. Komunikasi
Efektif
Komunikasi
dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator
dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan
kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu
dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu :
a.
Kejelasan
Hal ini
dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas
informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b.
Ketepatan
Ketepatan
atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran
informasi yang disampaikan.
c.
Konteks
Konteks
atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi
yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi
itu terjadi.
d. Alur
Bahasa
dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika
yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap
e.
Budaya
Aspek
ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan
tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan
budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal
maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi
Menurut
Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti
bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang
suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”.
Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :
a.
menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b.
menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c. pesan
yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d.
pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e.
pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait
dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam
hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan
umpan balik yang positif oleh mahasiswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran
harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki
oleh seorang dosen. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang
berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini
berlangsung dari hati ke hati, karena diantara keduabelah pihak terdapat
hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif
apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar
pribadi.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan,
agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar.
Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung
dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali
kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan
efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban
tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan
komunikasi ini.
Sokolove
dan Sadker seperti dikutip IGAK Wardani dalam bukunya membagi keterampilan
antar pribadi dalam pembelajaran menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Kemampuan untuk Mengungkapkan Perasaan Mahasiswa.
Kemampuan
ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif dalam proses belajar
mengajar, yang memungkinkan peserta didik mau mengungkapkan perasaan atau
masalah yang dihadapinya tanpa merasa dipaksa atau dipojokkan. Iklim semacam
ini dapat ditumbuhkan oleh dosen dengan dua cara, yaitu menunjukkan sikap
memperhatikan dan mendengarkan dengan aktif. Untuk menumbuhkan iklim semacam
ini, pendidik harus bersikap: 1) memberi dorongan positif; 2) bertanya yang
tidak memojokkan; dan 3) fleksibel.
b. Kemampuan Menjelaskan Perasaan yang Diungkapkan
Mahasiswa.
Apabila mahasiswa telah bebas mengungkapkan problem yang
dihadapinya, selanjutnya tugas dosen adalah membantu mengklarifikasi ungkapan
perasaan mereka tersebut. Untuk
kepentingan ini, dosen perlu menguasai dua jenis keterampilan, yaitu
merefleksikan dan mengajukan pertanyaan inventori. Pertanyaan inventori adalah
pertanyaan yang menyebabkan orang melacak pikiran, perasaan, dan perbuatannya
sendiri, serta menilai kefektifan dari perbuatan tersebut. Pertanyaan inventori
dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu pertanyaan yang menuntut mahasiswa
untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, pertanyaan yang menggiring
mahasiswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan, pikiran, dan perbuatannya,
dan pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi
konsekuensi/akibat dari perasaan, pikiran, dan perbuatannya.
Agar
dapat merefleksikan ungkapan perasaan peserta didik secara efektif, pengajar
perlu mengingat hal-hal berikut :
1) Hindari prasangka terhadap pembicara atau topik yang
dibicarakan.
2) Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal maupun
nonoverbal dari pembicara.
3) Lihat, dengarkan, dan rekam dalam hati, kata-kata/perilaku
khas yang diperlihatkan pembicara.
4)
Bedakan/simpulkan kata-kata/pesan yang bersifat emosional.
5) Beri
tanggapan dengan cara memparaphrase kata-kata yang diucapkan, menggambarkan
perilaku khusus yang diperlihatkan, dan tanggapan mengenai kedua hal tersebut.
6) Jaga
nada suara, jangan sampai berteriak, menghakimi, atau seperti memusuhi.
7)
Meminta klarifikasi terhadap pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan.
c. Mendorong
Mahasiswa untuk Memilih
Perilaku Alternatif.
Untuk keperluan ini, dosen harus memiliki kemampuan :
1) Mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternatif
yang sesuai.
2)
Melatih perilaku alternatif serta merasakan apa yang dihayati mahasiswa dengan
perilaku tersebut.
3) Menerima balikan dari orang lain tentang keefektifan
setiap perilaku alternatif.
4) Meramalkan konsekuensi jangka pendek dan jangka
panjang dari setiap perilaku alternatif.
5) Memilih perilaku alternatif yang paling sesuai dengan
kebutuhan pribadi mahasiswa.
Wiranto Arismunandar dalam pidato Apresiasi Guru Besar ITB
(2003) mengatakan bahwa, tantangan bagi dosen adalah bagaimana dapat
menjelaskan materi kuliah dengan baik, memberikan yang esensial dengan cara
yang menarik, percaya diri, dan membangkitkan motivasi para mahasiswanya.
Komunikasi dan interaksi di dalam kelas dan di luar kelas
sangat menentukan efektivitas dan mutu pendidikan. Dosen yang menjelaskan,
mahasiswa yang bertanya; berbicara dan mendengarkan yang terjadi silih
berganti, semuanya itu merupakan bagian dari pendidikan yang penting serta
berlaku dalam kehidupan yang sejahtera. Bertanya pun harus jelas serta
menggunakan bahasa yang baik dan benar, supaya diperoleh jawaban yang baik dan
benar pula. Mereka yang pandai mendengarkan sangatlah beruntung karena dapat
belajar dan mendapatkan informasi lebih banyak. Mahasiswa hendaknya
didorong untuk bertanya tentang sesuatu yang belum jelas atau masih memerlukan
penjelasan lebih lanjut. Dengan demikian dosen dipacu untuk senantiasa
mengikuti perkembangan dan mahasiswa memahami semua materi yang dibahas. Dari
hal tersebut dapat dilihat bahwa mutu pendidikan sangat tergantung dari
partisipasi dan kontribusi dari semua yang terlibat. Hal tersebut sangat
menarik karena baik dosen maupun mahasiswa senang dan merasa perlu datang
kuliah. Secara tidak langsung dosen akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
serta dapat membaca pikiran atau gagasan mahasiswa (the unborn ideas)
serta membantu mahasiswa mengungkapkan pikiran dan gagasannya tersebut.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat
berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif
apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan
informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku
komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif
antara pengajar dengan mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran
tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar,
pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus
memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud
dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan
menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam
proses pembelajaran.
4. Implikasi
Manajerial
Pada bagian
ini peneliti menyajikan berbagai implikasi kebijakan yang dapat dihubungkan
dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini. Implikasi Manajerial
memberikan kontribusi praksis bagi manajemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar