Jumat, 16 Desember 2011

Paradigma Perilaku Sosial



B.F Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme kedalam sosiologi.
Skinner melihat kedua paradigma fakta sosial dan definisi sosial sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam arti mengandung sesuatu persoalan yang bersifat teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional.
Dalam bukunya Beyond Freedom and Dignity, Skinner menyerang langsung paradigma definisi sosial dan secara tidak langsung terhadap paradigma fakta sosial. Konsep kultur yang didefinisikan oleh paradigma fakta sosial dinilai mengandung ide yang bersifat tradisional khususnya mengenai nilai-nilai sosial. Menurutnya pengertian kultur yang diciptakan itu tidak perlu disertai dengan unsur mistik seperti ide dan nilai sosial itu. Alasannya karena orang tidak dapat melihat secara nyata ide dan nilai-nilai dalam mempelajari masyarakat.
Kebudayaan adalah tingkah laku yang terpola. Yang diperlukan adalah pemahaman terhadap kemungkinan penguatan penggunaan paksa.
Skinner berusaha menghilangkan konsep voluntarisme Parson. Menurut Skinner, pandangan yang menganggap manusia mempunyai bagian dalam yang serba bebas adalah pandangan yang bersifat mistik dan berstatus metafisik sehingga harus disingkirkan dari dalam ilmu sosial. Pandangan yang menilai manusia mempunyai bagian dalam yang menentukan tindakannya itu hanya diperlukan untuk menerangkan sesuatu yang memang belum mampu diterangkan melalui berbagai cara yang ada. Eksistensinya tergantung kepada ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk menerangkannya. Dalam hal ini Paradigma Perilaku Sosial menyanggupi untuk menerangkannya.
POKOK PERSOALAN
Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannnya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.
Bagi paradigma perilaku sosial, individu kurang sekali memiliki kebebasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang dari luar dirinya. Jadi tingkah laku manusia lebih bersifat mekanik.
TEORI-TEORI
Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku sosial :
1. Teori Behavioral Sociology
Teori ini dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku kedalam sosiologi. Memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dan tingkah laku yang terjadi didalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Konsep dasar Behavioral sociology adalah reenforcement yang berarti ganjaran (reward). Tidak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang dapat menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkah laku tidak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.
2. Teori Exchange
Tokoh utamanya George Homan. Teori ini dibangun sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial, terutama menyerang ide Durkheim secara langsung dari tiga jurusan
1. Pandangan tentang emergence
Homan mengakui bahwa selama berlangsungnya proses interaksi, timbul suatu fenomena baru. Menurutnya untuk menerangkan fenomena yang timbul dari proses interaksi tidak diperlukan proposisi baru lagi.
2. Pandangan tentang psikologi
Sosiologi pada akhir abad 19 masih merupakan anak angkat psikologi. Sosiologi dewasa ini sudah berdiri sendiri.
3. Metode penjelasan dari Durkheim
Menurut Durkheim obyek studi sosiologi adalah barang sesuatu dan sesuatu yang dianggap sebagai barang sesuatu. Barang sesuatu ini dapat diterangkan bila dapat ditemukan faktor-faktor penyebabnya. Menurut Homan fakta-fakta sosial tertentu yang selalu menjadi penyebab dari fakta sosial yang lain belum merupakan suatu penjelasan. Yang perlu dijelaskan adalah hubungan antara penyebab dan akibat dari hubungan itu selalu diterangkan oleh proposisi psikologi. Keterangannya mestilah bersifat psikologi, artinya harus diterangkan melalui pendekatan perilaku (behavioral). Menurut Homan variabel-variabel psikologi selalu menjadi variabel perantara (intervening variables) diantara dua fakta sosial.
METODE
Paradigma perilaku sosial lebih banyak menggunakan metode eksperimen dalam penelitiannya. Keutamaan metode eksperimen ini adalah memberikan kemungkinan terhadap peneliti untuk mengontrol dengan ketat obyek dan kondisi disekitarnya. Memungkinkan pula untuk membuat penilaian dengan tingkat ketepatan yang tinggi terhadap efek dari perubahan-perubahan tingkah laku aktor yang ditimbulkan dengan sengaja didalam eksperimen itu.



Sumber : http://henriprihantono.blogdetik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar